Pages

Selasa, 22 Januari 2013

Budidaya Krisan

Budidaya Krisan


Krisan banyak diminati konsumen karena memiliki nilai estetika yang cukup tinggi. Sebagai bunga potong, bunga krisan yang dikehendaki memiliki  diameter bunga lebar, tangkai bunga yang panjang dan serasi. Di pihak produsen, diinginkan waktu panen yang tepat dengan jumlah dan mutu bunga yang sesuai dengan permintaan konsumen, sehingga peningkatan permintaan bunga potong pada hari besar keagamaan dan hari-hari besar nasional dapat terpenuhi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan pengaturan pencahayaan tambahan yang dapat mempengaruhi pembungaan tanaman krisan.
Banyak faktor yang mempengaruhi pembungaan krisan seperti cahaya, suhu, dan florigen. Cahaya merupakan faktor luar yang terpenting. Cahaya menyediakan keperluan energi untuk fotosintesis, mengatur semua tingkat perkembangan lanjutan tangkai bunga, seperti juga pada penuaan tanaman. Cahaya mempengaruhi mahluk hidup yang berbeda melalui beberapa cara yaitu intensitas/kualitas cahaya dan lamanya penyinaran. Keseimbangan antara lamanya keadaan terang dan gelap dapat mempengaruhi perubahan fase vegetatif ke fase reproduktif pada banyak jenis tanaman (Kofranek, 1980). Keteraturan tanaman memproduksi bunga pada musim tertentu telah banyak dikenal orang. Devlin (1997) menunjukkan sebagian besar pembungaan diatur oleh perubahan musiman dalam panjang siang dan malam. Hartmann, Flocket dan Kofranek (1980), menyatakan bahwa inisiasi bunga juga melibatkan mekanisme hormon yang dipacu oleh perubahan kimia dengan adanya pengaruh cahaya. Tanaman hari pendek merupakan tanaman malam panjang, memerlukan sesuatu periode gelap yang kontinyu untuk terjadinya pembungaan. Jika suatu periode gelap yang lama dipenggal oleh cahaya dengan intesitas yang cukup, maka pengaruhnya terhadap tanaman hari pendek adalah negatif dan pembungaan tidak terjadi. Penggal periode gelap oleh cahaya tersebut membutuhkan energi yang sangat kecil; lebih kecil dari kebutuhan untuk fotosintesis.
Krisan merupakan tanaman hari pendek ( short day plant ) yang secara alamiah akan mengalami pertumbuhan vegetatif pada hari panjang ( long day plant ) pada musim panas dan akan mengalami perkembangan generatif pada hari pendek di musim gugur dengan membentuk kuncup kemudian berbunga  (Kofranek, 1980).  Krisan merupakan tanaman hari pendek ( short day plant ). Maksudnya,  tanaman akan segera berbunga apabila panjang hari (jumlah jam terangnya) lebih pendek dari batas tertentu. Pada tanaman krisan, batasnya adalah 13 jam terang. Artinya kalau lama pencahayaan kurang dari 13 jam tanaman akan segera berbunga (Kofranek, 1980).  Di daerah khatulistiwa, panjang hari dan panjang malam hampir seimbang, yaitu sekitar 12 jam. Berarti secara alamiah tanaman krisan akan segera berbunga setiap saat, walaupun tanaman masih berbentuk bibit.
Panjang batang tanaman krisan yang sesuai dengan permintaan pasar yaitu minimal 60 cm dan maksimal 80 cm.  Untuk mencapai keadaan tersebut,  tanaman krisan memerlukan pencahayaan tambahan bila panjang harinya kurang dari 16 jam per hari. Pada umumnya cahaya tambahan diberikan selama 4 jam kontinyu atau siklus selama 3 sampai 6 minggu sejak tanam; tergantung pada teknis budidaya dan kultivarnya ( Fides, 1990 ). Intensitas cahaya yang optimum antara 70 – 100 lux (Kofranek, 1980).  Krisan merupakan tanaman hari pendek, tetapi memerlukan hari panjang untuk pertumbuhan vegetatifnya (Fides, 1990).
II.        DESKRIPSI TANAMAN KRISAN
2.1       Sejarah Perkembangan Tanaman Krisan
Krisan merupakan salah satu bunga tertua yang dibudidayakan. Bunga ini berperan penting dalam kehidupan serta kebudayaan Cina dan Jepang selama 3.000 tahun yang lalu.  Pada tahun 1843 tanaman krisan diintroduksi ke Inggris oleh Robert Fortune dan menjadi salah satu tetua krisan spray dan pompon yang dikenal saat ini. Sebelumnya beberapa pemulia di Inggris dan Belanda mencoba memuliakan beberapa jenis Krisan lokal. Di Amerika, Smith sudah mencoba menyilangkan sendiri varietas-varietas komersil sejak tahun 1889. Tidak kurang dari 500 varietas dihasilkannya, beberapa diantaranya masih bertahan hingga saat ini (Kofranek, 1980).
Bunga krisan yang dikenal sekarang merupakan hibrida-hibrida yang kompleks berasal dari pemuliaan tanaman selama puluhan tahun. Dewasa ini, bunga krisan yang beredar di Florist sudah jauh berbeda dari tetuanya di masa lampau. Variasi bentuk dan warna krisan begitu menakjubkan, seolah-olah tidak ada habisnya kultivar baru diperkenalkan setiap tahun.
Salah satu arena pameran kultivar baru krisan yang terkenal adalah di Aalsmeer, Belanda. Setiap akhir tahun selalu dipromosikan kultivar-kultivar krisan yang akan dijual pada tahun berikutnya. Sedikitnya sepuluh kultivar krisan baru diperkenalkan setiap tahun. Dalam arena itu, petani maupun penggemar krisan dapat memilih kultivar yang sesuai dengan seleranya dan memesan bibitnya.
Bibit krisan yang diperjualbelikan harus berdasarkan kontrak tertulis. Isi kontrak tersebut antara lain pembeli bibit hanya boleh membeli bibit tersebut untuk ditanam sebagai produksi bunga potong saja. Dengan perkataan lain, bibit yang ditanam tidak boleh dijadikan pohon induk untuk dibibitkan kembali. Bagi yang ingin membibitkan kembali harus menandatangani suatu perjanjian dan membayar sejumlah royalti untuk setiap batang bibit yang diperbanyaknya. Ketentuan ini berlaku secara universal melalui Plant Variety Protection (PVP) yaitu suatu perlindungan terhadap hak-hak pemulia yang menciptakannya (Fides, 1990).
2.3       Data Botani Tanaman Krisan
Klasifikasi tanaman krisan menurut Crater (1980), sebagai berikut :
Divisio           :   Spermatophyta
Subdivisio   : Angiospermae
Classis           : Dicotyledoneae
Ordo              : Asteraceae / Compositae
Familia         : Compositae
Genus            : Chrysanthemum
Species         : Chrysanthemum morifolium Ramat
Tanaman krisan merupakan tanaman tahunan dan akan berbunga terus menerus, tetapi dibududayakan sebagai tanaman semusim. Kofranek (1980) menyatakan bunga krisan termasuk tanaman bunga majemuk yang mempunyai ray flower (baris luar) yang terdiri atas bunga betina (pistil) dan disk flower (baris tengah) terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya bersifat fertil.
Menurut Rukmana dan Mulyana (2002) berdasarkan bentuk dan susunan floret, bunga krisan dapat diklasifikasikan dalam tipe bunga sebagai berikut :
1.
Single
:
bunga terdiri atas satu atau dua lapisan ray  flower dengan disk flower di bagian tengahnya (bentuk aster).
2.
Anemone
:
bentuk    bunga   mirip   dengan   single   tetapi   mahkota   bunga  bagian pinggirnya    tidak    sepanjang   single   dan   bagian    tengah   bunganya mempunyai bantalan.
3.
Spider
:
mahkota   bunganya    pipih   dan   panjang    seperti    kaki    laba – laba.
4.
Pompon
:
berbentuk bulat seperti bola, mahkota bunganya menyebar ke semua arah  dan piringan dasar bunga tidak tampak.
5.
Dekoratif
:
mirip   dengan   bentuk   pompon,  tetapi  mahkota  bunga bagian luarnya berkembang lebih panjang dari mahkota bunga bagian bawah.
Menurut Kofranek (1980) krisan dapat digolongkan ke dalam banyaknya kuntum bunga yang terdapat dalam satu tangkai, yaitu :
1.  Tipe standar, adalah tipe krisan yang  mempunyai  bunga  tunggal per batang.  Tipe ini dihasilkan    dengan       membuang    calon    bunga    samping     ( lateral bud )     dan         membiarkan   calon  bunga   utama   ( terminal bud ) tumbuh dan berkembang sendiri.
2.  Tipe spray, adalah tipe krisan yang mempunyai bunga paling sedikit  lima kuntum per   batang.  Tipe ini dihasilkan dengan membuang kuncup bunga  utama dan membiarkan   calon bunga samping.
Tanaman krisan memiliki banyak varietas diantaranya Chrysanthemum japonicum(berasal dari Jepang), Chrysanthemum indicum (berasal dari Cina) dan krisan yang paling banyak dibudidayakan secara komersial adalah Chrysanthemum morifolium (Kofranek, 1980).
2.4       Syarat Tumbuh Tanaman Krisan
Krisan dapat tumbuh pada semua jenis tanah, bila dikelola dengan baik (Kofranek, 1980). Tetapi umumnya tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah gembur, subur serta bebas penyakit dengan pH tanah optimal untuk bunga potong sekitar 5,6 – 6,5 (Crater, 1980). Selain itu krisan juga membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhan dan perkembangannya.
Krisan membutuhkan nitrogen dan kalium dalam jumlah yang besar dibanding dengan unsur hara yang lain. Pemberian nitrogen selama 7 minggu setelah tanam sangat penting karena kekurangan pada masa tersebut tidak dapat digantikan. Pemberian nitrogen tambahan setelah masa tersebut tidak dapat lagi mengembalikan kualitas bunga yang dihasilkan (Kofranek, 1980).
Krisan membutuhkan suhu yang hangat, suhu yang terbaik adalah + 24° C siang hari dan + 18° C pada malam hari (Fides, 1990). Menurut Kofranek (1980) untuk menumbuhkan stek krisan dibutuhkan suhu udara +15,5° C dan suhu media +21° C.
Tanaman hari pendek seperti krisan, membutuhkan hari pendek atau panjang malam tertentu untuk pembungaan dan hari panjang untuk pertumbuhan vegetatif.  Di daerah tropis diperlukan pencahayaan tambahan sepanjang tahun untuk pertumbuhan vegetatif (Fides, 1990). Menurut Kofranek (1980) tanaman krisan membutuhkan hari panjang lebih dari 14,5 jam dan suhu minimum + 15,5° C untuk pertumbuhan vegetatifnya.
Untuk membudidayakan tanaman krisan sepanjang tahun dibutuhkan pencahayaan tambahan guna menghilangkan pengaruh hari pendek dan merangsang pertumbuhan vegetatif. Intensitas cahaya rendah minimum 10 fc (foot candles) cukup efektif untuk memberikan respons hari panjang. Biasanya digunakan lampu pijar 100 watt dengan ketinggian 1,5 – 2,0 m di atas permukaan tanah dan 2,5 m antarlampu (Fides, 1990).
2.5       Perbanyakan Krisan
Krisan dapat diperbanyak dengan biji, stek, pemisahan anakan dan kultur jaringan; tetapi perbanyakan dengan stek lebih sering dilakukan. Stek krisan diambil dari induk tanaman yang diberikan perlakuan sepanjang hari panjang terus menerus, lebih baik dalam perumbuhannya dibandingkan dengan anakan yang distek atau ditanam langsung (Rukmana dan Mulyana, 2002). Stek krisan diambil dari pucuk tanaman induk 5-8 cm. Untuk menumbuhkan stek krisan diperlukan suhu minimum lingkungan antara 15° C – 18° C dan suhu media antara 18 C – 21° C serta ditanam 500-600 stek per meter persegi atau dengan jarak 2 cm antarstek (Kofranek, 1980). Tanaman krisan ditransplanting 2 minggu setelah stek ditanam, ketika panjang akar stek mencapai 1,5 cm (Fides, 1990).
III.       PERANAN CAHAYA DALAM PERTUMBUHAN TANAMAN KRISAN
Morphogenesis suatu organisme dapat dipengaruhi oleh faktor luar seperti cahaya, suhu, gaya tarik bumi, air dan ketersediaan hara (Cathey, 1976). Cahaya merupakan faktor luar terpenting dalam mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tanaman krisan (Fides, 1990). Pengendalian morfogenesis oleh cahaya disebut fotomorfogenesis.
Reaksi-reaksi fotomorfogenesis dipengaruhi oleh semacam pigmen yang disebut fitokrom (Salisbury dan Ross, 1991). Fitokrom merupakan pigmen hijau biru penerima cahaya yang berhubungan dengan pengaruh fotoperiode dalam tanaman.  Fitokrom ada pada hampir semua jenis tanaman dan berada pada sebagian besar organ tanaman termasuk akar. Fitokrom mengatur proses yang bervariasi dalam tanaman, mulai dari perkecambahan, pertumbuhan batang dan daun serta pembentukan bunga dab biji ( Salisbury dan Ross, 1991). Diduga pengaruh fotoperiodik menyebabkan sintesisi hormon dalam beberapa sel, dan salah satunya adalah hormon pengatur pembungaan yang disebut florigen.
Cathey (1976) mengemukakan bahwa fitokrom terbagi dalam 2 tipe yaitu fitokrom merah (Pr) dan fitokrom merah panjang (Pfr). Fitokrom dapat berubah dari fitokrom merah (Pr) ke fitokrom merah panjang (Pfr) atau sebaliknya tergantung dari cahaya yang diterimanya. Kedua bentuk fitokrom tersebut menyerap energi di daerah cahaya tampak, yaitu daerah spektrum merah pada 660 nm dan daerah spektrum merah panjang 730 nm (Salisbury dan Ross, 1991). Apabila cahaya merah (660 nm) yang diterima oleh tanaman maka fitokrom merah  (Pr) akan berubah menjadi fitokrom merah panjang (Pfr) dan merangsang pertumbuhan vegetatif pada tanaman hari pendek ( Short day plant), sedangkan apabila cahaya merah panjang (730 nm) yang diterima oleh tanaman, maka fitokrom merah panjang (Pfr) akan berubah ke bentuk fitokrom merah (Pr) dan merangsang perkembangan generatif pada tanaman hari pendek (Short day plant), demikian pula bila dalam keadaan periode gelap tertentu maka fitokrom merah panjang (Pfr) akan berubah menjadi fitokrom merah (Pr) dan merangsang perkembangan generatif seperti terlihat pada Gambar 1.
Merah
Fitokrom                 —— →                Fitrokom merah
merah (Pr)            ←← ←                panjang (Pfr)
↑    Merah Panjang       ↓
←——————————
Gelap
Gambar 1.   Skema Fitokrom Merah (Pr) dan Fitokrom Merah Panjang (Pfr) (Salisbury  dan Ross, 1991 ).
Pada tanaman hari pendek secara alamiah yang menentukan perubahan dari pertumbuhan vegetatif ke perkembangan generatif adalah panjangnya periode gelap (malam) begitu pula dengan tanaman krisan. Secara alamiah akan mengalami pertumbuhan vegetatif pada hari panjang di musim panas tetapi mengalami perkembangan generatif pada hari pendek musim gugur.  Oleh karena itu, untuk membudidayakan tanaman krisan sepanjang tahun di daerah tropis dibutuhkan pengaturan hari panjang dengan penambahan cahaya lampu untuk merangsang pertumbuhan vegetatifnya.

IV.  TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KRISAN DENGAN PENGATURAN CAHAYA TAMBAHAN
Persiapan bahan tanaman dilakukan sebelum penanaman. Bahan tanaman berupa stek pucuk diambil dari tanaman induk dengan tinggi antara 5-8 cm (jumlah daun 4-5 helai). Sebelum ditanam bagian pangkal stek diolesi Rootone F berbentuk pasta untuk merangsang pertumbuhan akar, kemudian ditanam pada tempat persemaian dengan jarak tanam 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1 cm. Media persemaian terdiri atas pasir kali yang telah dicuci dan disterilkan dengan cara pengasapan selama 4 jam. Bedeng persemaian yang telah ditanami disiram dengan air dan ditutup dengan sungkup plastik yang tembus cahaya, kemudian di atas sungkup dipasang peneduh berupa paranet 50 persen. Setiap malam mulai pukul 18°° sampai 22°° WIB diberikan cahaya tambahan dari lampu pijar 60 watt yang dipasang dengan tinggi satu meter di atas sungkup plastik.
Selama proses pertumbuhan akar di persemaian, stek bibit tidak perlu disiram tetapi cukup disemprot dengan air. Penyemprotan dilakukan 2-3 kali sehari dengan alat semprot berlubang kecil, sehingga hasil semprotan menyerupai kabut air. Setelah 12-14 hari stek yang disemai sudah berakar dengan panjang akar mencapai 1,5-2,0 cm dapat segera ditanam ke lapangan. Beberapa hari sebelum dipindahkan, setiap sore dan malam hari sungkup plastik dibuka agar bibit yang baru berakar tersebut dapat beradaptasi dengan udara luar sebelum menghadapi kondisi lapangan yang sebenarnya.
Media tanam yang digunakan di lapangan terdiri atas campuran tanah, pupuk kandang dan sekam dengan perbandingan 2 : 1 : 1 , yang sebelumnya telah disterilisasi dengan nematisida Trimaton 370 As untuk mengendalikan nematoda parasit Meloidogyne sp. Penanaman stek dilakukan sore hari, supaya bibit tidak mengalami stres yang berlebihan.
Stek krisan yang telah berakar ditanam dalam tanah lembab yang telah dipersiapkan dan disiram dengan air serta diberi penambahan cahaya pada malam hari. Ditanam dengan jarak tanam 12,5 cm x 12,5 cm (Kofranek, 1980).  Setelah krisan ditanam sebaiknya kelembaban dan suhu dijaga. Kelembaban dapat ditingkatkan dengan mengabutkan air pada tanaman secara teratur, karena 3 sampai 4 hari setelah tanam adalah periode kritis dalam pertumbuhan tanaman krisan dan pengaturan pengairan setelah tanam dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Kofranek, 1980).
Tanaman krisan membutuhkan pemupukan nitrogen yang cukup pada masa pertumbuhan awal. Dosis pupuk optimal untuk tanaman krisan sebanyak 460 kg N/ha, penggunaan pemupukan N yang tinggi dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun (Rukmana dan Mulyana, 1992).  Pupuk susulan diberikan mulai umur 2 minggu setelah tanam sampai tanaman membentuk kuncup bunga berdiameter 1,0 – 1,5 cm. Dosis yang digunakan adalah 0,65 gram per liter air dengan perbandingan NPK, yaitu 3 : 1 : 2 yang diberikan bersamaan dengan penyiraman setiap pagi hari. Penyiangan dilakukan secara rutin dua minggu sekali.
Cahaya tambahan diberikan dengan cara kontinyu yaitu lampu menyala selama 4 jam terus menerus. Penambahan cahaya pada tanaman untuk memberi pengaruh hari panjang dilakukan mulai saat tanam sampai 4 – 6 minggu setelah tanam. Penambahan cahaya diberikan dengan menggunakan lampu pijar 60 watt dengan ketinggian 2,0 meter dari permukaan tanah. Lampu pijar yang digunakan  masing-masing untuk menerangi luasan + 3 meter2. Jarak antarlampu sekitar 1,5 meter. Waktu pemberian dimulai pukul 18.°° sampai 22.°° WIB.
Tanaman krisan memerlukan penyangga agar dapat tumbuh tegak. Terdapat beberapa cara yang biasa dilakukan antara lain pemberian ajir per tanaman atau pemberian kawat/net yang dibentangkan dalam barisan (Fides, 1990). Saat tanaman berumur 4 minggu, tanaman diberi ajir sebagai penyangga tegaknya tanaman.
Untuk menghasilkan bunga potong krisan tipe standar dengan bunga yang besar, diberikan pemangkasan khusus yang disebut disbudding (Fides, 1990). Pembuangan semua tunas lateral selama masa pertumbuhan tanaman krisan menyebabkan daun bertambah besar dan menghasilkan banyak makanan yang diakumulasi sehingga menghasilkan satu bunga yang besar (Rukmana dan Mulyana, 2002).
Tanaman krisan yang ditanam dalam rumah kaca dengan intensitas cahaya dan transpirasi yang tinggi akan menghasilkan tangkai yang panjang, daun yang besar dibandingkan ditanam diluar rumah kaca.  Selain itu, diperlukan pencegahan dan penanggulangan serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerang meliputi Aphid, Thrips, Mites, White Fly, Leafminer, larva Lepidoptera dan Nematoda, sedangkan penyakitnya antara lain Busuk Akar, Karat Daun, Layu Verticillium, Embun Tepung, Busuk Batang, Pythium dan Virus (Kofranek, 1980).
Menurut Badan Standarisasi Nasional (1998), mutu bunga krisan potong segar untuk setiap tipe dibagi ke dalam 5 kualitas bunga, yaitu kualitas AA, A, B, dan C dari beberapa karakter/sifat yang diuji. 

Sumber

0 komentar:

Posting Komentar