Pages

Rabu, 30 Januari 2013

Budidaya Anthurium

S


Di alam anthurium mudah tumbuh pada media batang pepohonan yang telah membusuk atau tumbuh di pepohonan dan bersifat epifit. Oleh karenanya pembudidayaan tanaman ini tidaklah sulit.
Meskipun pembudidayaan tanaman relatif mudah namun cara pembudidayaan yang baik perlu dikuasai agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh baik sehingga mampu menampilkan keindahan yang prima. Untuk hal itu maka perlu pemahaman tentang morfologi tanaman, syarat tumbuh, media tanaman, penanaman, cara perawatan dan pengendalian hama penyakit.

SYARAT TUMBUH

  • Kebutuhan Cahaya
Untuk mendapatkan cahaya yang sesuai, pembudidayaan yang dilakukan pada daerah dataran rendah membutuhkan bangunan dengan atap naungan paranet 60-70%. Untuk dataran sedang menggunakan naungan paranet 50%. Sedang untuk dataran tinggi cukup digunakan atap paranet 25%.
Jika cahaya terlalu banyak, daun akan menguning dan kering, sebaliknya bila cahaya kurang daun nampak lemas dan pucat, serta daun dan tangkainya cenderung memanjang.
  • Kebutuhan Suhu
Suhu lingkungan yang optimal berkisar antara 18º-31º C. penampilan daun akan lebih mengkilap bilaman a perbedaan suhu siang dan malam tidak terlalu mencolok. Kondisi ini akan membantu membentuknya klorofil sehingga warna daun menjadi lebih hijau dan mengkilap. Untuk hal itu maka bilamana suhu siang terlalu tinggi, pada lingkungan pertanaman perlu ditambah kipas angin untuk menurunkan suhu.
  • Kebutuhan Kelembaban
Kelembaban udara yang cocok untuk pertumbuhan si raja daun ini berkisar antara 60%-80%. Bilamana kelembaban udara terlalu kering maka perlu penyemprotan air di sekitar tanaman. Sebaliknya bila terlalu lembab perlu dipasang kipas angin.
  • Sirkulasi Udara
Angin semilir akan memberikan kondisi yang baik bagi tanaman, karena dengan adanya angin yang bertiup perlahan akan membuat hawa yang sejuk. Oleh karena itu peranan kipas angin yang dipasang di lingkungan pertanaman akan berperan ganda, yakni menyejukan udara, menjaga kelembaban udara dan menjaga suhu udara.


MORFOLOGI TANAMAN

Anthurium termasuk keluarga Araceae yang mempunyai perakaran yang banyak, batang dan daun yang kokoh, serta bunga berbentuk ekor.

  • AKAR
Anthurium yang sehat mempunyai jumlah akar yang banyak, berwarna putih dan menyebar ke segala arah. Oleh sebab itu membutuhkan media yang porous.

  • BATANG
Batang Anthurium tidak nampak karena terbenam di dalam media. Setelah tanaman dewasa batang ini akan membesar menjadi bonggol.

  • DAUN
Daun Anthurium pada umumnya tebal dan kaku, bentuknya bervariasi seperti berbentuk jantung, lonjong, lancip, dan memanjang. Untuk Anthurium daun, kekompakan bentuk daun meningkatkan nilai estetikanya.

  • BUNGA
Anthurium mempunyai bunga berumah satu artinya dalam satu bunga terkandung sel kelamin betina dan sel kelamin jantan. Bunga terdiri dari tangkai, mahkota, dan tongkol. Semua bagian bunga tersebut menjadi satu kesatuan dan berbentuk seperti ekor, sehingga Anthurium dikenal dengan si bunga ekor. Putik dan tepung sari menempel pada tongkol. Masaknya putik dan tepung sari tidak bersamaan (dichogamaous). Pada umumnya putik masak lebih awal dibanding tepung sari.

  • BUAH DAN BIJI
Buah berbentuk bulat dan menempel pada tongkol, buah muda berwarna hijau setelah masak berwarna merah. Biji yang telah masak akan terlepas dari tongkolnya, biji inilah yang baik untuk disemai. Bibit yang dihasilkan dari biji, umumnya mempunyai sifat yang berbeda dari induknya.

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
Untuk mendapatkan tanaman yang prima maka kita harus memelihara dan merawatnya sebaik mungkin. Pemeliharaan dan perawatan yang harus dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan da membersihkan daun dari debu dan kotoran yang menempel serta memotong daun yang menguning. Di smping itu kegiatan pemeliharaan yang tidak terlupakan adalah repotting.
Repotting merupakan kegiatan penggantian pot dan sekaligus media karena ukuran tanaman dan potnya sudah tidak sesuai lagi. Langkah-langkah repotting seperti langkah-langkah yang dilakukan pada penanaman. Namun yang perlu diperhatikan dalam repotting ini adalah memotong dan membersihkan akar-akar yang busuk dan mengatur perakaran pada media dan pot yang baru. Pengaturan perakaran ini dimaksudkan agar semua bagian akar dapat kontak langsung dengan media. Jangan sampai akar tidak menempel pada media (ada rongga antara media dan akar) karena hal ini akan menyebabkan membusuknya akar dan akibatnya tanaman akan menjadi tidak sehat.
Pengairan dilakukan dengan alat semprot dan dikenakan keseluruh bagian tanaman dilakukan 2-3 hari sekali dengan melihat kondisi media. Media dijaga agar tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering.
Pupuk yang diberikan sebaiknya pupuk majemuk (N, P dan K) yang penyediaannya lambat (slow riliaze) diberikan 2-3 bulan sekali dengan dosis sesuai anjuran dan besarnya tanaman. Di samping itu juga perlu ditambahkan pupuk daun yang diberikan setipa 1-2 minggu sekali. Untuk menjaga penampilan agar daun tampil bersih dan mengkilap maka daun yang ada perlu dibersihkan dengan lap yang lembut yang telah dibasahi dengan air. Daun-daun yang telah tua dan menguning perlu dipoton



Read More..

Perawatan Bunga Anthurium

Cara Tangani Daun Bermasalah
Daun jadi elemen penting dalam anthurium. Uuntuk itulah keberadaan bagian ini tak pernah luput dari perawatan dan perhatian khusus. Segala cara dilakukan demi menjaga kesehatan dan kelangsungan hidupnya.
fokus4.jpg
Beberapa bulan yang lalu, Rudi membeli jenmanii cobra remaja dengan harga Rp 3 juta. Sebagai penghobi pemula, Rudi mengaku masih bingung apa yang harus dilakukan dan apa yang tak harus ia lakukan. Dalam hal itu, metode perawatan yang diketahuinya sangat minim. Baginya, mungkin penyiraman dan pemupukan sudah cukup memanjakan anthuriumnya.
Namun beberapa minggu berselang, bukan keindahan yang ia dapatkan, justru kesuraman daun mulai terlihat. Daun yang semula hijau, lambat laun kian menguning dan keriting. Melihat kejadian itu, Rudi pun panik. Seakan tak tahu apa yang ia lakukan, intensitas penyiraman dan pemupukan pun malah ditambah, demi memenuhi kebutuhan nutrisi tanamannya itu.
Sialnya, bukan kesembuhan dan kesegaran yang ia dapat, beberapa bulan berselang, daun anthuriumnya mulai berubah kuning solid dan akhirnya berguguran. Rasa kecewa jelas terpancar di wajahnya. Pasalnya, bukan harga yang ia sesalkan, harapan agar tanamanya tumbuh besar dan sempurna tak bisa diraih. Jangankan tumbuh bagus, mencapai daun tujuh pun tanamannya tak mampu bertahan.
Masalah yang dihadapi Rudi itu mungkin pernah juga Anda alami. Terutama bagi Anda yang baru beberapa bulan menggandrungi si raja daun asal Brasil ini. Kurangnya pengetahuan tentang pola perawatan hingga intensitas penyiraman dan pemupukan, membuat harapan yang besar pada anthurium jadi sesuatu yang mengecewakan. Bahkan mahalnya harga, tak jarang membuat seseorang jadi paranoid terhadap perawatan.
Beberapa orang menaruh tanaman mahalnya ini dalam ruangan khusus untuk mengkarantina dan menjauhkan kontak dengan orang lain atau tanaman jenis lainnya, agar tanaman tak rusak.
Namun sayangnya, tindakan yang dilakukan secara berlebih tanpa ada ilmu yang mendasarinya ini sangat tidak disarankan. Sebab, menurut Heru Trisaksono dari Ijo Royo Nursery Surabaya, laiknya tanaman yang lain, kehidupan anthurium tak bisa lepas dari faktor lingkungan dan sirkulasi angin yang baik.
Faktor lingkungan biasanya berpengaruh pada suhu, temperatur, dan kelembaban lingkungan hingga sistem pencahayaan. Sedangkan sistem sirkulasi udara, termasuk arah angin masuk dan keluar serta besaran kecepatan angin yang disarankan. Sistem pencahayaan yang baik adalah sekitar 60%, dengan kelembaban cenderung tinggi dan temperatur antara 200 sampai 270 C. Untuk itulah jika ingin mengkarantina anthurium, sebaiknya perhatikan beberapa persyaratan tersebut jika Anda tak ingin kecewa di kemudian hari.
Selain paranoid yang membuat anthurium dikarantina, perawatan over ternyata juga tidak baik buat anthurium. Niat hati mungkin ingin memanjakan anthurium, namun siapa sangka tindakan ini malah jadi boomerang yang dapat menyerang tanaman sewaktu-waktu.
Umumnya, tanda-tanda yang sering muncul pada daun yang diakibatkan karena perawatan over adalah daun berubah jadi warna kuning. Selanjutnya, daun yang menguning itu lambat laun berubah jadi kering dan berwarna kecoklatan. Jika sudah terjadi tahap itu, maka dalam hitungan beberapa hari, daun pun akan berlubang dan rusak.
“Tidak ada yang bisa dilakukan untuk menangani daun yang sudah menguning, selain menunggu datangnya daun baru dan menghindari kejadian ini terulang pada daun yang lain,” kata Heru.
bersih.jpg
“Untuk itulah, sebelum menentukan anthurium sebagai tanaman yang akan dipelihara, alangkah baiknya jika Anda mencari sedikit informasi mengenai perawatannya. Sebab, secara umum merawat anthurium itu gampang-gampang susah. Jika sudah tahu caranya, merawat anthurium sangat menyenangkan. Dan sebaliknya, tanpa mengetahui proses perawatan, kegiatan pemeliharaan sering berujung frustasi,” lanjutnya.
Intensitas Panas dan Pupuk
Kuning pada daun anthurium tak selalu bagus. Jika jenis variegata semakin kuning malah semakin mahal, tapi kalau warna kuning akibat sakit pada anthurium dapat menurunkan gengsi dan harga jual. Terlalu sering menatap sinar matahari dan terlalu banyak pupuk diduga jadi salah satu penyebab daun berubah kuning. “Seperti halnya makan, segala yang berlebih itu kurang baik,” tandas Heru.
Itu berbeda dengan jenis variegata, kuning yang muncul karena sakit tampak berbeda. Jika pada jenis variegata daun yang berwarna kuning masih tampak segar, warna kuning pada daun sakit akan terlihat lebih suram. Selain itu, pada permukaan tak jarang daun sakit yang berwarna kuning akan terasa sangat kasar, karena adanya beberapa bagian yang rusak.
Pemupukan pada dasarnya tak perlu dilakukan seriap hari. Cukup 1-2 kali dalam seminggu. Proses pemupukan biasanya dilakukan dengan komposisi 10 CC pupuk dicampur dengan 8 liter air dan dilakukan apling tidak sekali dalam 4 hari.
Harap diperhatikan, proses ini sebaiknya dilakukan dengan tepat dan berlebih. Sebab, jika tanpa aturan tanaman akan cepat berubah kuning. Selain itu, penggunaan pupuk slow release sebaiknya diberikan selama sekali dalam 6 bulan saja.
usap.jpg
Selain pemupukan, sinar matahari dan suhu yang terlalu tinggi akan mengubah daun jadi kuning. Seperti halnya kulit yang terbakar, sinar matahari juga dapat merusak fragmentasi dan pigmentasi kesehatan daun anthurium. Waktu yang tepat untuk menjemur tanaman adalah sekitar pukul 08.00 sampai 10.00, dimana matahari belum terik. Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka tanaman akan cepat rusak.
Namun selain beberapa faktor tersebut, warna kuning pada anthurium juga sering terjadi karena faktor usia. Umumnya, anthurium yang sudah keluar tongkol secara otomatis diimbangi dnegan berubahnya warna kuning pada daun.

KEISTIMEWAAN ANTHURIUM BURGUNDI

Pesona Warna Hijau, Hitam, Ungu
Warna jadi salah satu eksotika dari daun anthurium, termasuk di dalamnya jenis burgundi yang menawarkan warna hijau, hitam, dan ungu. Paduan tiga warna dalam satu tanaman itu, membuat jenis ini jadi salah satu anthurium wajib bagi penghobi. Bentuknya yang beragam, membuat burgundi termasuk dalam anthurium tingkat atas yang juga mempunyai harga mahal.
struktur.jpg
Anthurium terkenal dengan serat, bentuk, dan warna daun yang eksotik. Unsur warna sendiri memegang peranan besar, terutama untuk varian yang menghasilkan rona merah maupun hitam. Harga kedua jenis warna tersebut bisa berlipat dibandingkan warna hijau. Keistimewaan dari burgundi memang dari kekuatan warna daun yang diyakini bukan dari mutasi atau silangan dari berbagai warna. Tapi burgundi mempunyai satu species sendiri yang mampu menghasilkan keturunan sama persis dengan indukannya, sehingga untuk melakukan perbanyakan bagi nurseri bukan hal yang mustahil.
Secara tak langsung, nama burgundi memang terdongkrak dari hingar-bingarnya anthurium, terutama dari jenis jenmanii yang harganya paling mahal. Beberapa tren anthurium pun sempat silih berganti, seperti tren dari karakter daun, bentuk daun hingga terakhir dari kombinasi warna, seperti jenmanii black dan red.
Dari tren warna yang sedang dicari pembeli, secara tak langsung membuat pamor burgundi kembali naik. Apalagi dari kombinasi tiga warna yang jarang dimiliki oleh jenis anthurium lainnya. Begitu juga dengan warna tanaman pun mengikuti, dimana gabungan warna hijau, hitam, dan ungu akan menghasilkan satu warna burgundi yang terpancar di beberapa bagian daun.
Hermansyah dari Kebun Kita Nurseri km 10 Kaliurang, Jogjakarta, mengatakan warna burgundi akan terlihat mulai dari batang, tulang, urat daun, hingga tepi daun. Burgundi saat ini mempunyai kelas tersendiri yang sejajar dengan anthurium lainnya, seperti jenmanii maupun gelombang cinta. Contohnya, koleksi burgundi tanduk miliknya yang sudah menunjukkan karakter sempurna, dimana warna burgundi sudah merata terlihat pada hampir semua bagian tanaman.
warna-burgundi-sudah-terlihat-dari-bonggol.jpg
Mulai dari batang tunas yang pupus keluar sudah memperlihatkan karakter warna burgundi. Warna yang dimiliki akan bertahan dan tidak pudar, meski daun sudah dewasa. Bahkan saat daun sudah besar di tepinya/lis akan berwarna ungu yang melingkari semua daun, sehingga bila dilihat, daun burgundi tanduk ini seperti diberi frame/pigura dengan warna ungu di semua tepi daunnya. Sangat menarik, terutama bila terkena matahari, dimana kontras warna antara hijau-ungu dan hitam akan terlihat. Kesan eksotis pun secara tidak langsung menghinggapi tanaman ini.
Dari beberapa varian burgundi, jenis tanduk mempunyai karater yang cukup kuat, dimana bentuk daun sangat tegas yang lurus dan meruncing di ujungnya. Sementara tepi daun mempunyai riak gelombang kecil yang mempertegas kekuatan dari tanaman. Dilihat dari atas, daun sudah terlihat rouset dan menonjolkan tulang dan urat daun yang mempunyai warna kehitaman. Mulai dari bentang, daun warna burgundi sudah terlihat, namun tidak begitu tegas, terutama untuk daun yang sudah tua. Tapi pada tunas yang baru tumbuh/pupus, warna burgundi akan terlihat kuat antara bonggol hingga separuh dari batang daun. Bentuk daun mulai dari bawah sudah melebar dan memanjang hingga setengah panjang daun.
Selanjutnya, daun sedikit melebar dan langsung meruncing di ujungnya yang menyerupai tanduk. Karakter daun sendiri di beberapa bagian sudah terlihat adanya warna burgundi, terutama pada ujung daun yang sudah tersirat warna ungu ke-hitaman. Warna di daun akan lebih cerah bila sinar matahari langsung mengenai daun. Tapi tentu tidak bisa dibiarkan lebih lama di bawah terik matahari. Sebab, bisa membuat tanaman ini kriting karena dehidrasi.
Warna ke-unguan dari tulang daun sendiri sudah terlihat sejak daun sudah pupus sempurna. Semburat warna sendiri akan mengisi bagian atas dari tulang daun yang merata di semua permukaan daun. Secara keseluruhan, burgundi tanduk layak jadi salah satu koleksi yang mempunyai harga cukup menarik. Untuk ukuran 6 daun, Hermansyah menawarkan harga hingga Rp 5 juta. Sedangkan bibitan cambah, di kisaran harga ratusan ribu rupiah.
Sebagai salah satu jenis dari anthurium, burgundi memberikan satu pilihan bagi penghobi untuk mencoba memiliki tanaman yang kaya akan warna ini. Apalagi diprediksi, ke depan burgundi akan memiliki pamor setingkat dengan jenmanii. Itu dilihat dari kekuatan warnanya yang menggabungkan tiga warna sekaligus.
Di beberapa bursa tanaman hias, posisi burgundi sendiri berada di atas beberapa jenis anthurium, seperti gelombang cinta maupun hookeri. Bahkan bila burgundi yang dijual sudah sempurna, dimana semburat warna sudah merata mulai dari batang, tulang daun, dan daun, harga sudah bisa disejajarkan dengan jenmanii. [wo2k]
Jaga Intensitas Matahari, Kelembapan, & Media Tanam
Menghasilkan warna yang sempurna pada tanaman burgundi ternyata gampang-gampang susah. Pasalnya, harus memperhatikan tiga usur utama, yaitu sinar matahari, kelembapan, dan media tanam yang berhubungan dnegan nutrisi yang digunakan. Terlalu banyak sinar matahari, warna burgundi akan lebih hitam di daun. Sementara tulang daun cenderung hijau.
Dari kasus tersebut, maka burgundi harus berada dalam naungan dengan paranet minimal 60% dan lebih tinggi bila berada di wilayah yang lebih panas. Sedangkan kekuranagn sinar matahari akan membuat tanaman berdaun panjang, karena mencari sinar dan warna akan pucat. Sebab, klorofil tidak tumbuh sempurna.
Kelembapannya berpengaruh dengan kebutuhan air yang berkaitan erat dengan pertumbuhan burgundi. Kelembapan terlalu kering, meski sinar matahari sudah tepat, tetap membuat tanaman tidak bisa tumbuh secara sempurna, bahkan bisa cenderung kerdil, karena kekurangan air. Namun terlalau lembab, akan membuat tanaman rawan penyakit dan paling parah akan membuat daun dan akar cepat busuk. Bukan pertumbuhan cepat yang didapat, tapi burgundi akan masuk dalam tahap kritis, bahkan terancam mati.
Media tanamnya sendiri sangat berpengaruh terhadap kekuatan akar dalam menyerap nutrisi, sehingga porous jadi syarat utama, karena akar anthurium sensitif dengan kelembapan, sehinga dengan media tanam yang porous, akan mempercepat pertumbuhan anthurium. Sebab, akar bisa bergerak bebas.
 
Read More..

Merawat Mawar

Bunga mawar adalah bunga yang biasa digunakan untuk mengekspresikan rasa cinta seseorang. Warnanya yang beragam, bentuknya yang cantik, serta aromanya yang harum menjadikan bunga mawar begitu digemari. Namun secantik-cantiknya mawar jika sudah layu atau terkena hama maka tak akan menarik lagi. Berikut ini adalah tips untuk merawat tanaman mawar Anda miliki supaya subur dan sehat:
Siangilah tanaman mawar Anda secara berkala. Jika perlu, Anda bisa memotong rantingnya yang tidak berguna serta sebagian daun-daunnya yang dianggap dapat mengurangi nutrisi makanan bunga. Hal ini juga bertujuan untuk mempercantik penambilan tanaman mawar Anda.
Siramilah tanaman Anda sehari sekali, pada sore atau pagi hari, agar tanaman Anda tetap segar dan tidak kering.
Setiap 1 atau 2 tahun sekali lakukan pemotongan akar mawar sekaligus penggantian media tanam dengan yang baru supaya. Selain untuk memastikan bahwa nutrisi bunga tercukupi, ini juga bertujuan untuk membuat tanaman Anda tumbuh jauh lebih subur dan berbunga lebih banyak.
Bunga mawar kerap dihinggapi serangga maupun jamur. Jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Karena itu disarankan untuk menyemprot mawar Anda dengan obat hama supaya bunga tersebut tidak mudah terjangkit penyakit.
Jika ingin memetik mawar, gunakanlah pisau yang tajam dan potonglah tangkai mawar secara miring supaya air cepat terserap masuk.
Berikan pupuk secara berkala.
Letakkanlah jerami dan rerumputan yang telah dipotong-potong hingga menutupi tanah di sekitar akar. Teknik ini bertujuan untuk menghindari pertumbuhan gulma.

Sumber
Read More..

Selasa, 22 Januari 2013

Budidaya Krisan

Budidaya Krisan


Krisan banyak diminati konsumen karena memiliki nilai estetika yang cukup tinggi. Sebagai bunga potong, bunga krisan yang dikehendaki memiliki  diameter bunga lebar, tangkai bunga yang panjang dan serasi. Di pihak produsen, diinginkan waktu panen yang tepat dengan jumlah dan mutu bunga yang sesuai dengan permintaan konsumen, sehingga peningkatan permintaan bunga potong pada hari besar keagamaan dan hari-hari besar nasional dapat terpenuhi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan pengaturan pencahayaan tambahan yang dapat mempengaruhi pembungaan tanaman krisan.
Banyak faktor yang mempengaruhi pembungaan krisan seperti cahaya, suhu, dan florigen. Cahaya merupakan faktor luar yang terpenting. Cahaya menyediakan keperluan energi untuk fotosintesis, mengatur semua tingkat perkembangan lanjutan tangkai bunga, seperti juga pada penuaan tanaman. Cahaya mempengaruhi mahluk hidup yang berbeda melalui beberapa cara yaitu intensitas/kualitas cahaya dan lamanya penyinaran. Keseimbangan antara lamanya keadaan terang dan gelap dapat mempengaruhi perubahan fase vegetatif ke fase reproduktif pada banyak jenis tanaman (Kofranek, 1980). Keteraturan tanaman memproduksi bunga pada musim tertentu telah banyak dikenal orang. Devlin (1997) menunjukkan sebagian besar pembungaan diatur oleh perubahan musiman dalam panjang siang dan malam. Hartmann, Flocket dan Kofranek (1980), menyatakan bahwa inisiasi bunga juga melibatkan mekanisme hormon yang dipacu oleh perubahan kimia dengan adanya pengaruh cahaya. Tanaman hari pendek merupakan tanaman malam panjang, memerlukan sesuatu periode gelap yang kontinyu untuk terjadinya pembungaan. Jika suatu periode gelap yang lama dipenggal oleh cahaya dengan intesitas yang cukup, maka pengaruhnya terhadap tanaman hari pendek adalah negatif dan pembungaan tidak terjadi. Penggal periode gelap oleh cahaya tersebut membutuhkan energi yang sangat kecil; lebih kecil dari kebutuhan untuk fotosintesis.
Krisan merupakan tanaman hari pendek ( short day plant ) yang secara alamiah akan mengalami pertumbuhan vegetatif pada hari panjang ( long day plant ) pada musim panas dan akan mengalami perkembangan generatif pada hari pendek di musim gugur dengan membentuk kuncup kemudian berbunga  (Kofranek, 1980).  Krisan merupakan tanaman hari pendek ( short day plant ). Maksudnya,  tanaman akan segera berbunga apabila panjang hari (jumlah jam terangnya) lebih pendek dari batas tertentu. Pada tanaman krisan, batasnya adalah 13 jam terang. Artinya kalau lama pencahayaan kurang dari 13 jam tanaman akan segera berbunga (Kofranek, 1980).  Di daerah khatulistiwa, panjang hari dan panjang malam hampir seimbang, yaitu sekitar 12 jam. Berarti secara alamiah tanaman krisan akan segera berbunga setiap saat, walaupun tanaman masih berbentuk bibit.
Panjang batang tanaman krisan yang sesuai dengan permintaan pasar yaitu minimal 60 cm dan maksimal 80 cm.  Untuk mencapai keadaan tersebut,  tanaman krisan memerlukan pencahayaan tambahan bila panjang harinya kurang dari 16 jam per hari. Pada umumnya cahaya tambahan diberikan selama 4 jam kontinyu atau siklus selama 3 sampai 6 minggu sejak tanam; tergantung pada teknis budidaya dan kultivarnya ( Fides, 1990 ). Intensitas cahaya yang optimum antara 70 – 100 lux (Kofranek, 1980).  Krisan merupakan tanaman hari pendek, tetapi memerlukan hari panjang untuk pertumbuhan vegetatifnya (Fides, 1990).
II.        DESKRIPSI TANAMAN KRISAN
2.1       Sejarah Perkembangan Tanaman Krisan
Krisan merupakan salah satu bunga tertua yang dibudidayakan. Bunga ini berperan penting dalam kehidupan serta kebudayaan Cina dan Jepang selama 3.000 tahun yang lalu.  Pada tahun 1843 tanaman krisan diintroduksi ke Inggris oleh Robert Fortune dan menjadi salah satu tetua krisan spray dan pompon yang dikenal saat ini. Sebelumnya beberapa pemulia di Inggris dan Belanda mencoba memuliakan beberapa jenis Krisan lokal. Di Amerika, Smith sudah mencoba menyilangkan sendiri varietas-varietas komersil sejak tahun 1889. Tidak kurang dari 500 varietas dihasilkannya, beberapa diantaranya masih bertahan hingga saat ini (Kofranek, 1980).
Bunga krisan yang dikenal sekarang merupakan hibrida-hibrida yang kompleks berasal dari pemuliaan tanaman selama puluhan tahun. Dewasa ini, bunga krisan yang beredar di Florist sudah jauh berbeda dari tetuanya di masa lampau. Variasi bentuk dan warna krisan begitu menakjubkan, seolah-olah tidak ada habisnya kultivar baru diperkenalkan setiap tahun.
Salah satu arena pameran kultivar baru krisan yang terkenal adalah di Aalsmeer, Belanda. Setiap akhir tahun selalu dipromosikan kultivar-kultivar krisan yang akan dijual pada tahun berikutnya. Sedikitnya sepuluh kultivar krisan baru diperkenalkan setiap tahun. Dalam arena itu, petani maupun penggemar krisan dapat memilih kultivar yang sesuai dengan seleranya dan memesan bibitnya.
Bibit krisan yang diperjualbelikan harus berdasarkan kontrak tertulis. Isi kontrak tersebut antara lain pembeli bibit hanya boleh membeli bibit tersebut untuk ditanam sebagai produksi bunga potong saja. Dengan perkataan lain, bibit yang ditanam tidak boleh dijadikan pohon induk untuk dibibitkan kembali. Bagi yang ingin membibitkan kembali harus menandatangani suatu perjanjian dan membayar sejumlah royalti untuk setiap batang bibit yang diperbanyaknya. Ketentuan ini berlaku secara universal melalui Plant Variety Protection (PVP) yaitu suatu perlindungan terhadap hak-hak pemulia yang menciptakannya (Fides, 1990).
2.3       Data Botani Tanaman Krisan
Klasifikasi tanaman krisan menurut Crater (1980), sebagai berikut :
Divisio           :   Spermatophyta
Subdivisio   : Angiospermae
Classis           : Dicotyledoneae
Ordo              : Asteraceae / Compositae
Familia         : Compositae
Genus            : Chrysanthemum
Species         : Chrysanthemum morifolium Ramat
Tanaman krisan merupakan tanaman tahunan dan akan berbunga terus menerus, tetapi dibududayakan sebagai tanaman semusim. Kofranek (1980) menyatakan bunga krisan termasuk tanaman bunga majemuk yang mempunyai ray flower (baris luar) yang terdiri atas bunga betina (pistil) dan disk flower (baris tengah) terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya bersifat fertil.
Menurut Rukmana dan Mulyana (2002) berdasarkan bentuk dan susunan floret, bunga krisan dapat diklasifikasikan dalam tipe bunga sebagai berikut :
1.
Single
:
bunga terdiri atas satu atau dua lapisan ray  flower dengan disk flower di bagian tengahnya (bentuk aster).
2.
Anemone
:
bentuk    bunga   mirip   dengan   single   tetapi   mahkota   bunga  bagian pinggirnya    tidak    sepanjang   single   dan   bagian    tengah   bunganya mempunyai bantalan.
3.
Spider
:
mahkota   bunganya    pipih   dan   panjang    seperti    kaki    laba – laba.
4.
Pompon
:
berbentuk bulat seperti bola, mahkota bunganya menyebar ke semua arah  dan piringan dasar bunga tidak tampak.
5.
Dekoratif
:
mirip   dengan   bentuk   pompon,  tetapi  mahkota  bunga bagian luarnya berkembang lebih panjang dari mahkota bunga bagian bawah.
Menurut Kofranek (1980) krisan dapat digolongkan ke dalam banyaknya kuntum bunga yang terdapat dalam satu tangkai, yaitu :
1.  Tipe standar, adalah tipe krisan yang  mempunyai  bunga  tunggal per batang.  Tipe ini dihasilkan    dengan       membuang    calon    bunga    samping     ( lateral bud )     dan         membiarkan   calon  bunga   utama   ( terminal bud ) tumbuh dan berkembang sendiri.
2.  Tipe spray, adalah tipe krisan yang mempunyai bunga paling sedikit  lima kuntum per   batang.  Tipe ini dihasilkan dengan membuang kuncup bunga  utama dan membiarkan   calon bunga samping.
Tanaman krisan memiliki banyak varietas diantaranya Chrysanthemum japonicum(berasal dari Jepang), Chrysanthemum indicum (berasal dari Cina) dan krisan yang paling banyak dibudidayakan secara komersial adalah Chrysanthemum morifolium (Kofranek, 1980).
2.4       Syarat Tumbuh Tanaman Krisan
Krisan dapat tumbuh pada semua jenis tanah, bila dikelola dengan baik (Kofranek, 1980). Tetapi umumnya tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah gembur, subur serta bebas penyakit dengan pH tanah optimal untuk bunga potong sekitar 5,6 – 6,5 (Crater, 1980). Selain itu krisan juga membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhan dan perkembangannya.
Krisan membutuhkan nitrogen dan kalium dalam jumlah yang besar dibanding dengan unsur hara yang lain. Pemberian nitrogen selama 7 minggu setelah tanam sangat penting karena kekurangan pada masa tersebut tidak dapat digantikan. Pemberian nitrogen tambahan setelah masa tersebut tidak dapat lagi mengembalikan kualitas bunga yang dihasilkan (Kofranek, 1980).
Krisan membutuhkan suhu yang hangat, suhu yang terbaik adalah + 24° C siang hari dan + 18° C pada malam hari (Fides, 1990). Menurut Kofranek (1980) untuk menumbuhkan stek krisan dibutuhkan suhu udara +15,5° C dan suhu media +21° C.
Tanaman hari pendek seperti krisan, membutuhkan hari pendek atau panjang malam tertentu untuk pembungaan dan hari panjang untuk pertumbuhan vegetatif.  Di daerah tropis diperlukan pencahayaan tambahan sepanjang tahun untuk pertumbuhan vegetatif (Fides, 1990). Menurut Kofranek (1980) tanaman krisan membutuhkan hari panjang lebih dari 14,5 jam dan suhu minimum + 15,5° C untuk pertumbuhan vegetatifnya.
Untuk membudidayakan tanaman krisan sepanjang tahun dibutuhkan pencahayaan tambahan guna menghilangkan pengaruh hari pendek dan merangsang pertumbuhan vegetatif. Intensitas cahaya rendah minimum 10 fc (foot candles) cukup efektif untuk memberikan respons hari panjang. Biasanya digunakan lampu pijar 100 watt dengan ketinggian 1,5 – 2,0 m di atas permukaan tanah dan 2,5 m antarlampu (Fides, 1990).
2.5       Perbanyakan Krisan
Krisan dapat diperbanyak dengan biji, stek, pemisahan anakan dan kultur jaringan; tetapi perbanyakan dengan stek lebih sering dilakukan. Stek krisan diambil dari induk tanaman yang diberikan perlakuan sepanjang hari panjang terus menerus, lebih baik dalam perumbuhannya dibandingkan dengan anakan yang distek atau ditanam langsung (Rukmana dan Mulyana, 2002). Stek krisan diambil dari pucuk tanaman induk 5-8 cm. Untuk menumbuhkan stek krisan diperlukan suhu minimum lingkungan antara 15° C – 18° C dan suhu media antara 18 C – 21° C serta ditanam 500-600 stek per meter persegi atau dengan jarak 2 cm antarstek (Kofranek, 1980). Tanaman krisan ditransplanting 2 minggu setelah stek ditanam, ketika panjang akar stek mencapai 1,5 cm (Fides, 1990).
III.       PERANAN CAHAYA DALAM PERTUMBUHAN TANAMAN KRISAN
Morphogenesis suatu organisme dapat dipengaruhi oleh faktor luar seperti cahaya, suhu, gaya tarik bumi, air dan ketersediaan hara (Cathey, 1976). Cahaya merupakan faktor luar terpenting dalam mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tanaman krisan (Fides, 1990). Pengendalian morfogenesis oleh cahaya disebut fotomorfogenesis.
Reaksi-reaksi fotomorfogenesis dipengaruhi oleh semacam pigmen yang disebut fitokrom (Salisbury dan Ross, 1991). Fitokrom merupakan pigmen hijau biru penerima cahaya yang berhubungan dengan pengaruh fotoperiode dalam tanaman.  Fitokrom ada pada hampir semua jenis tanaman dan berada pada sebagian besar organ tanaman termasuk akar. Fitokrom mengatur proses yang bervariasi dalam tanaman, mulai dari perkecambahan, pertumbuhan batang dan daun serta pembentukan bunga dab biji ( Salisbury dan Ross, 1991). Diduga pengaruh fotoperiodik menyebabkan sintesisi hormon dalam beberapa sel, dan salah satunya adalah hormon pengatur pembungaan yang disebut florigen.
Cathey (1976) mengemukakan bahwa fitokrom terbagi dalam 2 tipe yaitu fitokrom merah (Pr) dan fitokrom merah panjang (Pfr). Fitokrom dapat berubah dari fitokrom merah (Pr) ke fitokrom merah panjang (Pfr) atau sebaliknya tergantung dari cahaya yang diterimanya. Kedua bentuk fitokrom tersebut menyerap energi di daerah cahaya tampak, yaitu daerah spektrum merah pada 660 nm dan daerah spektrum merah panjang 730 nm (Salisbury dan Ross, 1991). Apabila cahaya merah (660 nm) yang diterima oleh tanaman maka fitokrom merah  (Pr) akan berubah menjadi fitokrom merah panjang (Pfr) dan merangsang pertumbuhan vegetatif pada tanaman hari pendek ( Short day plant), sedangkan apabila cahaya merah panjang (730 nm) yang diterima oleh tanaman, maka fitokrom merah panjang (Pfr) akan berubah ke bentuk fitokrom merah (Pr) dan merangsang perkembangan generatif pada tanaman hari pendek (Short day plant), demikian pula bila dalam keadaan periode gelap tertentu maka fitokrom merah panjang (Pfr) akan berubah menjadi fitokrom merah (Pr) dan merangsang perkembangan generatif seperti terlihat pada Gambar 1.
Merah
Fitokrom                 —— →                Fitrokom merah
merah (Pr)            ←← ←                panjang (Pfr)
↑    Merah Panjang       ↓
←——————————
Gelap
Gambar 1.   Skema Fitokrom Merah (Pr) dan Fitokrom Merah Panjang (Pfr) (Salisbury  dan Ross, 1991 ).
Pada tanaman hari pendek secara alamiah yang menentukan perubahan dari pertumbuhan vegetatif ke perkembangan generatif adalah panjangnya periode gelap (malam) begitu pula dengan tanaman krisan. Secara alamiah akan mengalami pertumbuhan vegetatif pada hari panjang di musim panas tetapi mengalami perkembangan generatif pada hari pendek musim gugur.  Oleh karena itu, untuk membudidayakan tanaman krisan sepanjang tahun di daerah tropis dibutuhkan pengaturan hari panjang dengan penambahan cahaya lampu untuk merangsang pertumbuhan vegetatifnya.

IV.  TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KRISAN DENGAN PENGATURAN CAHAYA TAMBAHAN
Persiapan bahan tanaman dilakukan sebelum penanaman. Bahan tanaman berupa stek pucuk diambil dari tanaman induk dengan tinggi antara 5-8 cm (jumlah daun 4-5 helai). Sebelum ditanam bagian pangkal stek diolesi Rootone F berbentuk pasta untuk merangsang pertumbuhan akar, kemudian ditanam pada tempat persemaian dengan jarak tanam 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1 cm. Media persemaian terdiri atas pasir kali yang telah dicuci dan disterilkan dengan cara pengasapan selama 4 jam. Bedeng persemaian yang telah ditanami disiram dengan air dan ditutup dengan sungkup plastik yang tembus cahaya, kemudian di atas sungkup dipasang peneduh berupa paranet 50 persen. Setiap malam mulai pukul 18°° sampai 22°° WIB diberikan cahaya tambahan dari lampu pijar 60 watt yang dipasang dengan tinggi satu meter di atas sungkup plastik.
Selama proses pertumbuhan akar di persemaian, stek bibit tidak perlu disiram tetapi cukup disemprot dengan air. Penyemprotan dilakukan 2-3 kali sehari dengan alat semprot berlubang kecil, sehingga hasil semprotan menyerupai kabut air. Setelah 12-14 hari stek yang disemai sudah berakar dengan panjang akar mencapai 1,5-2,0 cm dapat segera ditanam ke lapangan. Beberapa hari sebelum dipindahkan, setiap sore dan malam hari sungkup plastik dibuka agar bibit yang baru berakar tersebut dapat beradaptasi dengan udara luar sebelum menghadapi kondisi lapangan yang sebenarnya.
Media tanam yang digunakan di lapangan terdiri atas campuran tanah, pupuk kandang dan sekam dengan perbandingan 2 : 1 : 1 , yang sebelumnya telah disterilisasi dengan nematisida Trimaton 370 As untuk mengendalikan nematoda parasit Meloidogyne sp. Penanaman stek dilakukan sore hari, supaya bibit tidak mengalami stres yang berlebihan.
Stek krisan yang telah berakar ditanam dalam tanah lembab yang telah dipersiapkan dan disiram dengan air serta diberi penambahan cahaya pada malam hari. Ditanam dengan jarak tanam 12,5 cm x 12,5 cm (Kofranek, 1980).  Setelah krisan ditanam sebaiknya kelembaban dan suhu dijaga. Kelembaban dapat ditingkatkan dengan mengabutkan air pada tanaman secara teratur, karena 3 sampai 4 hari setelah tanam adalah periode kritis dalam pertumbuhan tanaman krisan dan pengaturan pengairan setelah tanam dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Kofranek, 1980).
Tanaman krisan membutuhkan pemupukan nitrogen yang cukup pada masa pertumbuhan awal. Dosis pupuk optimal untuk tanaman krisan sebanyak 460 kg N/ha, penggunaan pemupukan N yang tinggi dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun (Rukmana dan Mulyana, 1992).  Pupuk susulan diberikan mulai umur 2 minggu setelah tanam sampai tanaman membentuk kuncup bunga berdiameter 1,0 – 1,5 cm. Dosis yang digunakan adalah 0,65 gram per liter air dengan perbandingan NPK, yaitu 3 : 1 : 2 yang diberikan bersamaan dengan penyiraman setiap pagi hari. Penyiangan dilakukan secara rutin dua minggu sekali.
Cahaya tambahan diberikan dengan cara kontinyu yaitu lampu menyala selama 4 jam terus menerus. Penambahan cahaya pada tanaman untuk memberi pengaruh hari panjang dilakukan mulai saat tanam sampai 4 – 6 minggu setelah tanam. Penambahan cahaya diberikan dengan menggunakan lampu pijar 60 watt dengan ketinggian 2,0 meter dari permukaan tanah. Lampu pijar yang digunakan  masing-masing untuk menerangi luasan + 3 meter2. Jarak antarlampu sekitar 1,5 meter. Waktu pemberian dimulai pukul 18.°° sampai 22.°° WIB.
Tanaman krisan memerlukan penyangga agar dapat tumbuh tegak. Terdapat beberapa cara yang biasa dilakukan antara lain pemberian ajir per tanaman atau pemberian kawat/net yang dibentangkan dalam barisan (Fides, 1990). Saat tanaman berumur 4 minggu, tanaman diberi ajir sebagai penyangga tegaknya tanaman.
Untuk menghasilkan bunga potong krisan tipe standar dengan bunga yang besar, diberikan pemangkasan khusus yang disebut disbudding (Fides, 1990). Pembuangan semua tunas lateral selama masa pertumbuhan tanaman krisan menyebabkan daun bertambah besar dan menghasilkan banyak makanan yang diakumulasi sehingga menghasilkan satu bunga yang besar (Rukmana dan Mulyana, 2002).
Tanaman krisan yang ditanam dalam rumah kaca dengan intensitas cahaya dan transpirasi yang tinggi akan menghasilkan tangkai yang panjang, daun yang besar dibandingkan ditanam diluar rumah kaca.  Selain itu, diperlukan pencegahan dan penanggulangan serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerang meliputi Aphid, Thrips, Mites, White Fly, Leafminer, larva Lepidoptera dan Nematoda, sedangkan penyakitnya antara lain Busuk Akar, Karat Daun, Layu Verticillium, Embun Tepung, Busuk Batang, Pythium dan Virus (Kofranek, 1980).
Menurut Badan Standarisasi Nasional (1998), mutu bunga krisan potong segar untuk setiap tipe dibagi ke dalam 5 kualitas bunga, yaitu kualitas AA, A, B, dan C dari beberapa karakter/sifat yang diuji. 

Sumber
Read More..

Budidaya Krisan



PENDAHULUAN
Krisan.jpgKrisan termasuk famili Asteraceae yang merupakan tanaman perdu, semusim ataupun tahunan.Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang mempunyai nilai jual tinggi, banyak diminati pasar karna potensial yang berdaya saing tinggi dan berprospek cerah.
Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer dan diminati di Indonesia karna memiliki keunggulan antara lain kaya warna dan dapat bertahan lama, tak lebih dari 70 varietas. Jumlah varietas krisan memang banyak tetapi yang ditanaman petani indonesia tidak lebih dari 40 varietas saja antara lain: krisan type standard dan krisan type spray. Adapun type standard yang sedang digemari  adalah  jenis fiji yellow, white, dark dan orange, krisan type standar jaguar red, ungu, standar pingpong, sedangkan revert, shenna select, minka, repertoire adalah krisan type standar bentuk jarum dll. Sedangkan krisan type spray antara lain  remix red, hawaian, bru reggi, euro speedy, monalisa, euro sunny & puma (bentuk kancing) dan type spray bentuk aster diantaranya reagon salmon, aisha red, reagan white, kermit, stroikadengan warna yang sangat beragam seperti, kuning, putih, hijau, merah, orange, ungu, dan pink.
Peluang mengembangkan budidaya krisan potong untuk memenuhi  kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri akan tetap terbuka luas seiring permintaan bunga potong krisan yang semakin meningkat.
Apabila ingin mengembangkan budidaya bunga potong khususnya krisan ada baiknya untuk memahami betul tentang pengenalan tanaman krisan ini  karena pemeliharaannya yang tergolong gampang-gampang susah adapun yang harus  diperhatikan diantaranya  krisan adalah: tumbuh baik pada  ketinggian tempat 700 – 1200 m dpl, suhu udara untuk pertumbuhan (siang : 20-28 oC dan malam : 15-20 oC), kelembaban udara selama pertumbuhan awal 90 -95 %, dan setelah tanam, tingkat keasaman tanah pH 6,2 – 6,7  dan EC o,* mS/cm – 1mS/cm.
Namun meskipun tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi seperti di Cianjur, Bogor, Sukabumi, Lembang dan beberapa wilayah indonesia lainya, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik, sedangkan untuk pembungaan membutuhkan cahaya menjelang pembungaan 70 – 80 %, tanaman hari pendek (masa vegetatif memerlukan periode malam yang panjang (>14.5jam) / berbunga bila penyinaran < 11 jam). Untuk produksi yang optimal perlu diberi tambahan cahaya buatan 3-4 jam pada malam 3,5 – 4,5 mg dari lampu TL dan lampu pijar.
SARANA PRODUKSI
  • Rumah naungan (green house).
  • Subsistem pencahayaan buatan.
  • Subsistem irigasi.
  • Bibit tanaman yang baik.
  • Sarana perlengkapan & perlindungan tanaman.
  • Sarana Transportasi
  • Sarana Grading & Packing
  • Sarana Penyimpanan Bunga (Cooling)
 Krisan Bangunan.jpg
RUMAH NAUNGAN (GREEN HOUSE)
  • Struktur terbuat dari besi, kayu, bambu atau kombinasi.
  • Lebar kelipatan 6,4 m dan panjang kelipatan 3,7 m atau 3,9 m ideal maksimum 60 m.
  • Atap: plastik UV 200 micron (dengan kandungan UV retardant 6 – 12%).
  • Dinding :   Tunnel : Plastik
                     Sere    : Screen mesh atau paranet

SUBSISTEM PENCAHAYAAN BUATAN
  • Lampu pijar dengan reflektor.
  • Instalasi 100 watt per 5 meter persegi.
  • Intensitas minimal pada titik tumbuh adalah 70 lux (diukur dengan lux-meter).
  • Pola pencahayaan adalah kontinyu atau cyclic system.
  • Pola pencahayaan cyclic lighting: (9’ ON 18’ OFF)
 •         Jam:    22.00-22.09      22.09-22.18       22.18-22.27
•                     22.27-22.36      22.36-22.45      22.45-22.54
•                     dst                    dst                     dst. s/d 02.00
•         Blok A        ON       off        off
•         Blok B        off        ON       off
•         Blok C        off        off        ON

SUBSISTEM IRIGASI
  • Overhead irrigation (penyiraman dari atas). Keuntungannya: distribusi air lebih merata. Kerugiannya: bila tanaman sudah besar sulit utuk membasahi tanah dan RH menjadi tinggi yg bisa mengundang penyakit.
    -   Diberikan pada tanaman masih kecil (4-5 MST), selama daun belum saling menutupi.
    -   Minggu I tiap pagi hari.
  • Drip irrigation. 
    Keuntungannya: tidak membasahi daun/bunga.
    Kerugiannya: distribusi kurang merata.
    -  Diberikan pada tanaman setelah daun saling menutupi-   Pemberian setiap 2-3 hari sekali.-   Pengecekan hasil penyiraman dengan mengecek langsung kedalaman tanah yang basah

BIBITKrisan Bibit.jpg
  • Bibit berasal dari tanaman induk yang sehat.
  • Kriteria bibit yang baik: seragam, higienis dan bebas dari OPT
     -  sehat, bebas hama dan penyakit tanaman
     -  bervigour baik
     -  telah berakar merata dan kompak
     -  jumlah daun 4 – 5 daun dan hijau
     -  asal induk tidak tercampur

BUDIDAYA
  • Persiapan lahan: perbaikan struktur tanah, sterilisasi, penambahan bahan organik, pemupukan dasar
  • pH 5,8 – 6,5.
  • Penanaman: dengan kerapatan 64 tan./m2 (musim hujan) dan 72 – 80 tan./m2 (kemarau).
  • Perlakuan hari panjang: selama 4 – 5 minggu setelah tanam.
  • Pemeliharaan: Penyiraman, Pemupukan, Peyiangan, Pemasangan Support, menaikan jaring, Pemberian ZPT, Disbudding, Pemberian “cup”, Pengendalian OPT

Persiapan Lahan
  • Pengecekan pHKrisan Lahan.jpg
  • Bila hasil pengecekan pH tanah rendah :
    -  Kapur                       : 100 -200 kg / 500 m2
    -  pH yang ingin dicapai kisaran 5,8 – 6,5.
  • Penambahan Bahan Organik  dengan :
    -  Pupuk Kandang      : 6 - 8 m3/ 500m2
    -  Sabut Kelapa          : 70 – 100 karung (7 m3) / 500m2
    -  Sekam Padi             : 70 – 100 karung (7 m3) / 500 m2
    -  Kapur                      : 100 -200 kg / 500 m2
    -  Bagas tebu (ampas tebu)
    -  Pupuk hijau
  • Pembajakan atau Penggarpuan:
    -  Bajak I  (Garpu)
    -  Bajak II (Garpu)
  • Pengolahan lahan ( rotari )
  • Bila secara visual banyak tanaman yang kena penyakit dilakukan “sterilisasi”  dengan :
    -  Bahan kimia : Basamid (dazomet), Nufam
    -  Istirahat lahan 3 - 4 minggu
    -  Perendaman
    -  Pemanasan (steaming)
    -  Formalin untuk bagian atas
  • Proses sterilisasi dengan bahan kimia sama seperti pada Persiapan Lahan untuk Tanaman Induk
  • Pasang drip irigasi
  • Pasang  jaring
  • Angkat tanah antar bedengan/ bedengan ditinggikan
  • Rapihkan bedengan,Cek drip irigasi & springkle/irigasi curah
   Krisan Penanaman.jpg
Penanaman 
  • Siram basah sebelum tanam
  • Penanaman dengan kerapatan 64 tan./m2 (musim hujan) dan 72 – 80 tan./m2 (kemarau).
  • Pemasangan pola & tanda varietas
  • Seleksi bibit di Nursery : Hanya bibit krisan yang bervigour baik, berakar baik, bebas hama dan penyakit (HPT) yang dipilih.
  • Waktu penanaman dilakukan pada saat cuaca tidak panas atau sore hari


PEMELIHARAAN 
Krisan Penyiraman.jpg
Penyiraman 
  • Segera setelah tanam, dilakukan penyiraman dengan overhead irigasi atau gembor
  • Minggu I  : setiap pagi disiram dengan cara seperti di atas
  • Minggu II dan berikutnya : disiram 2 – 3 hari sekali dengan cara overhead selama daun belum saling menutupi.
  • Bila daun sudah saling menutupi penyiraman dilakukan dengan drip irigasi



PENYINARAN TAMBAHAN :Krisan Pencahayaan.jpg
  • Penyinaran tambahan untuk tipe spray 4 minggu, dan tipe standar 5 minggu.
  • Penyinaran diberikan segera setelah tanam selama 4 jam secara cyclic pada malam hari dari pukul 22.00 sampai pukul 02.00.

PEMUPUKAN :
  • Pemupukan
    -  Pola EC.      EC air & pupuk = 1
    -  Pola ppm
  • Pemupukan fase vegetatif  : (1200 ltr air/500m2)
    -  CaNO3         : 1130 gram
    -  KNO3           : 1620 gram
    -  MgSO4         :   470 gram
  • Pemupukan Fase generatif : (1200 ltr air/500m2)
  • Pemupukan dimulai umur 7 MST :
    -  CaNO3         : 940 gram   
    -  KNO3           : 1790 gram
    -  KH2PO4       : 450 gram   
    -  Urea             : 190 gram
  • Pemupukan dihentikan setelah bunga pertama telah memperlihatkan warna dan hanya diberikan air.

PENYIANGAN :Krisan Penyiangan.jpg
  • Penyiangan terhadap gulma (rerumputan) setiap saat biasanya dilakukan 1 – 2 minggu sekali, tergantung kondisi rumput.
  • Penyiangan dihentikan bila tanaman sudah saling menutupi, sehingga gulma tidak dominan lagi.


PEMASANGAN SUPPORT
  • Pemasangan Support/tiang penyangga jaring danmenopang tanaman dilakukan 3 minggu setelah tanam.

MENAIKAN JARING :
  • Penaikan jaring dimulai pada umur tanaman 4 MST, berikutnya umur 5,6,7,8,9 MST dan 10 MST. Menaikkan jaring sampai batas tertentu saja sehingga batang di bawah dan diatas jaring tidak bengkok dan tidak terlalu tinggi dan tidak menyulitkan pemanenan.
  • Dalam menaikkan jaring ini dibantu dengan support (tiang kecil)

PEMBERIAN HORMON PENGATUR TUMBUH (ZPT)Krisan POPT.jpg
  • Pemberian hormon ZPT (Alar) diberikan 2 kali selama masa penanaman : umur 7,9 minggu setelah tanam.

DISBUDDING :
  • Pembuangan kuntum bunga pertama (untuk bunga tipe spray) dan pembuangan kuntum bunga samping (untuk tipe standar).

PEMBERIAN ‘CUP’ :Krisan Cup.jpg
  • Pemberian cup (contong) untuk tipe standar.
  • Setelah di beri ‘cup’ segera dipanen.

PENGENDALIAN OPT :
  • Pengamatan dan analisa : 1 hari sebelum tindakan.
  • Pengendalian secara kimiawi dengan memperhatikan tepat pestisida, tepat dosis, tepat waktu, tepat aplikasi
  • Evaluasi hasil tindakan
Krisan Panen.jpg 
PANEN & SERAH TERIMA DENGAN PASCA PANEN
  • Bunga tipe spray telah siap panen bila 3 – 5 kuntum bunga telah mekar.
  • Bunga tipe standar bila bunga telah mekar dengan permukaan bunga yang rata.
  • Pemanenan dengan cara dipotong dari pangkal batang atau dicabut, dikumpulkan dan diikat kain.
  • Serah terima dengan Pasca Panen
Krisan Transport.jpgKrisan Pasca Panen.jpg
Krisan Packing.jpg







Read More..